Beranda | Artikel
Mengimani Takdir Allah - Khutbah Jumat (Ustadz Badrusalam, Lc.)
Jumat, 6 Oktober 2017

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Mengimani Takdir Allah – Khutbah Jumat (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.). Khutbah Jumat ini disampaikan di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Mari kita simak dan download khutbah Jumat ini, semoga bermanfaat.


Ringkasan Mengimani Takdir Allah – Khutbah Jumat (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)

Sesungguhnya diantara pemberian Allah yang besar kepada seorang hamba yaitu ridho dengan ketentuan Allah. Ketika seorang hamba diberikan oleh Allah keridhoan untuk menerima berbagai macam takdir dari Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia.

Sesungguhnya orang yang yakin bahwasannya semua yang ditakdirkan itu adalah sebuah kebaikan bagi seorang hamba. Maka disaat itu dia akan ridho dengan takdir-takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika ia ridho dengan takdir, maka ia akan menjadi orang yang paling sabar di dunia. Dia akan menjadi orang yang paling luas dadanya. Ketika ditimpa musibah dia bersabar karena dia mengharap pahala disisi Allah subhanahu wa ta’ala dan ketika dia ditimpa sesuatu yang menyenangkan hatinya maka dia pun bersyukur, sehingga hal itu menjadi kebaikan untuk dirinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada Allah agar dijadikan hatinya ridho dan menerima ketentuan-ketentuanNya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a: “Dan aku meminta kepada Engkau ya Allah, ridho setelah ketentuan yang Engkau tentukan“.

Orang yang ridho dengan ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala, maka hatinya akan menjadi lapang. Dan kelapangan hati itu merupakan suatu nikmat yang besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿١﴾

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,” (QS. Al-Insyirah[94]: 1)

Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya Allah telah melapangkan dada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kelapangan dada itu akan menimbulkan berbagai macam kebaikan dalam diri kita. Seorang yang lapang dadanya, dia akan menjadi hamba yang senantiasa ridho dengan takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Dia akan menjadi hamba yang bahagia. Hatinya akan tentram dan tenang. Dia akan lebih santun, serta sifat-sifat baik lainnya. Oleh karena itu, ketika hati kita ridho dengan ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala, dengan takdir yang Allah berikan kepada kita, maka hati kita tidak akan menjadi sempit. Lalu kita akan mendapatkan kebahagiaan.

Orang yang beriman kepada takdir dan dia ridho kepada takdir yang Allah berikan kepadanya, maka hatinya akan menjadi bening. Dia tidak akan merasakan kedengkian kepada siapaun dari kaum muslimin. Dia tidak akan merasa dengki ketika teman dan saudaranya diberikan kenikmatan. Karena dia tahu itu semua sudah takdir Allah. Allah memberikan rejeki kepada siapa yang Allah kehendaki. Hatinya ridho dan tidak akan pernah dengki kepada siapapun.

Oleh karena itulah, Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “orang yang dengki kepada manusia, hakikatnya dia kurang beriman kepada takdir Allah subhanahu wa ta’ala.

Ummatal Islam..

Orang yang beriman kepada takdir Allah, dia akan menjadi hamba yang selalu berharap pahalaNya. Karena sesungguhnya dia tahu dan yakin bahwa ketika dia beriman kepada takdir, Allah akan berikan pahala yang besar. Itulah janji Allah subhanahu wa ta’ala .Dimana orang yang beriman kepada Allah dan beriman dengan apa yang diberitahukan kepada RasulNya akan diberikan pahala yang besar disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ﴿٦﴾

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At-Tin[95]: 6)

Ummatal Islam..

Penting bagi kita untuk memiliki ridho kepada takdir. Ridho, rela menghadapi berbagai ketentuan-ketentuan yang Allah berikan kepada kita. Lalu bagaimana caranya agar hati kita ridho menerima takdir yang Allah berikan kepada kita?

Pertama, wajib kita yakini bahwasannya Maha Adil. Tidak mungkin Allah berbuat dzalim kepada hambaNya. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ…

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, ” (QS. An-Nisa[4]: 40)

Ketika seorang hamba yakin bahwa pemberian Allah itu yang paling adil dan yang paling baik, dia akan ridho kepada Apa yang Allah berikan kepadanya.

Kedua, hendaknya seorang hamba mengimani bahwa semua takdir Allah itu ada hikmah-hikmah dibelakangnya. Karena sesungguhnya tidak mungkin berbuat tanpa hikmah. Pastilah semua yang Allah takdirkan, dibaliknya ada hikmah yang terkadang kita mengetahuinya dan juga sering kali kita tidak mengetahuinya. Ilmu Allah jauh lebih luas dari pada ilmu kita. Terkadang kita memandang sesuatu baik tapi disisi Allah itu tidak baik. Atau sebaliknya, kita memandang sesuatu tidak baik untuk kita, tapi ternyata dimata Allah itu baik. Allah berfirman:

…وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)

Maka dari itulah, ketika seorang hamba yakin dengan seyakin-yakinnya, bahwa Allah lebih tahu dari pada dirinya tentang kemaslahatan dirinya sendiri, seorang hamba akan ridho dengan ketentuan dan takdir Allah kepada dirinya.

Khutbah Kedua Mengimani Takdir Allah – Khutbah Jumat (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.) Menit ke – 09:14

Ummatal Islam..

Sesungguhnya keimanan kepada takdir, memberikan ketegaran dalam hidup kita untuk terus berpegang kepada agama ini, untuk berpegang kepada amal dan untuk menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Beriman kepada takdir bukan berarti seseorang berdalil dengan takdir dalam perbuatan maksiat. Karena sesungguhnya hal demikian dilarang dalam syariat kita. Seseorang berbuat maksiat itu adalah yang berbuat maksiat adalah dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah telah melarang hamba-hambaNya berbuat maksiat.

Oleh karena itulah para ulama mengatakan bahwa takdir itu ada dua macam. Ada takdir yang bersifat Kauniyyah Qadariyyah. Yaitu yang tidak berhubungan dengan cinta Allah subhanahu wa ta’ala. Yaitu sebatas Allah berkehendak saja. Seperti Allah berkehendak adanya maksiat, adanya iblis, adanya keharaman-keharaman untuk manusia. Ada juga takdir yang kedua. Yaitu takdir yang disebut  takdir Syar’i Diini. Yaitu takdir yang berhubungan dengan cinta Allah. Allah menciptakan adanya maksiat, tapi Allah tidak cinta kepada maksiat. Dan Allah memerintahkan kita untuk menjauhi maksiat. Allah pun memberikan kepada manusia kemampuan untuk menjalankan ketaatan dan menjauhi segala macam larangan-larang. Namun disaat manusia telah hilang kemampuannya, Allah memberikan maaf kepada dirinya. Allah berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّـهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ …

Maka tidak ada dan tidak boleh dijadikan dalih kepada takdir ketika kita berbuat maksiat. Karena hal itu bukan dalih dan hujjah yang kuat dimata Allah subhanahu wa ta’ala. Kalaulah ada orang yang berhujjah dengan takdir tidak disalahkan akibat maksiatnya, akan hancurlah semua peraturan-peraturan yang ada di muka bumi ini. Semua sanksi akan hilang. Seorang pencuri tidak boleh diberikan hukuman, seorang yang merampok tidak boleh diberikan hukuman, orang yang berzina tidak boleh diberikan hukuman, semua kejahatan tidak boleh diberikan hukuman hanya karena alasan takdir. Tentu ini adalah kesesatan yang nyata.

Dengarkan dan Download MP3 Mengimani Takdir Allah – Khutbah Jumat (Ustadz Badrusalam, Lc.)

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/29529-mengimani-takdir-allah-khutbah-jumat-ustadz-badrusalam-lc/